Jamal ma’mur
asmani, menuliskan judul buku yang sangat menggelitik untuk dibaca “Allah
sangat mencintaiku, jadi dosa-dosa sedikit bolehlah..”. Buku ini sangat
tepat untuk dibaca oleh semua kalangan dari anak dibawah umur sampai anak
lanjut usia (orang tua). Kalau manusia ditanyak siapa yang tidak pernah
melakaukan dosa ? maka dapat dipastikan tidak ada yang mengacungkan tangan lalu
bilang, Saya tidak pernah berdosa. Nah kalau memang kenyataan kita melakukan
dosa, bahkan menjadi kebiasaan yang tampa sadar. Maka sadarlah mulai sekarang. Mari
renungi kejadian masa silam yang telah menimpa bapak manusia dan ibu manusia
pertama kali di Surga. Dia adalah nabi Adam as dan Hawa kedua diciptakan oleh Allah
untuk saling melengkapi diberikan fasilitas yang serba ada, dipesailahkan untuk
menikmati semua fasilitas yang ada kecuali pohon khuldi. Namun keduanya digoda
oleh setan kemudian memakan buah pohon khuldi dengan sebab ketidak taatan
inilah Allah memurkainya dan diusir dari surga ke alam dunia.
Coba mari
berfikir sedikit saja. Nabi adam as dan siti hawa diusir dari surge kerena
melakukan dosa satu. Lalu bagaimana dengan kita saat. Sudah berapa dosa yang
dilakukan, mungkin sudah lupa kerena terlalu banyak dosa yang sudah dikerjakan.
Jangan menunggu allah mengazabkan kita dengan azab yang abadi yaitu api neraka.
Mungkin sahabat
profnur bilang. Lah kita kan bukan kaumnya malaikat yang terus-menerus memuji Allah.
Lalu pertanyaannya, sampai kapan kalian tetap dalam dosa? Padahal ajal telah
dekat. Bukankah telah nyata kisah kisah umat terdahulu yang diazab oleh allah
disebabkan dosa-dosanya.
Dosa itu
tidak akan membuat hidup ini bahgia kerena hati akan memberontak dan tidak
merasa nyaman hidup dalam keadaan dosa. Dan kalau ia masih ada keimanan dalam
hati pasti ia merasa malu terhadap manusia apalagi terhadap Allah. Nah ini
dosa-dosa yang tidak terasa sering dilakukan oleh kita.
1.GHIBAH (MENGGUNJING)
Dalam banyak pertemuan, sering
kali yang dijadikan hidangannya adalah menggunjing (membicarakan orang lain).
Padahal Allah Ta’ala melarang hal tersebut, dan menyeru agar segenap hamba
menjahuinya. Allah Ta’ala menggambarkan dan mengidentikkan ghibah dengan
sesuatu yang amat kotor dan menjijikkan. Allah Ta’ala berfirman, “Dan
janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di
antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik dengannya.” (Al
Hujurat : 12)
2.NAMIMAH (MENGADU DOMBA)
Namimah
adalah mengadukan (mempertentangkan) ucapan seseorang kepada orang lain dengan
tujuan merusak hubungan, memutus ikatan, serta menyulut api kebencian dan
permusuhan antar sesama manusia.
Allah Ta’ala
mencela pelaku perbuatan tersebut dalam firmanNya, “Dan
janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina yang banyak
mencela, yang kian kemari menebar fitnah.” (QS. Al-Qalam : 10-11)
Dalam sebuah
hadits marfu’ yang diriwayatkan Hudzaifah d disebutkan, “Tidak akan
masuk surga bagi Al Qattat (tukang adu domba].” (HR. Bukhari, lihat Fathul Bari :
10/472)
Dalam An-Nihayah karya Ibnu Katsir 4/11
disebutkan, “Al-Qattat adalah orang yang menguping (mencuri dengar pembicaraan)
tanpa sepengetahuan mereka, lalu ia membawa pembicaraan tersebut kepada orang
lain dengan tujuan mengadu domba”.
Ibnu Abbas
meriwayatkan, “Suatu hari Rasulullah melewati sebuah
kebun di antara kebun-kebun Madinah, tiba-tiba beliau mendengar dua orang yang
disiksa dalam kuburnya, lalu Nabi bersabda, ”Keduanya disiksa, padahal
tidak karena masalah yang besar dalam anggapan keduanya, (dan dalam riwayat
lain disebutkan: padahal sesungguhnya ia adalah persoalan besar). Kemudian Nabi
bersabda, “Seorang diantaranya tidak meletakkan sesuatu untuk melindungi
diri dari percikan kencingnya; dan seorang lagi (disiksa karena) suka mengadu
domba.” (HR. Bukhari,
Fathul Bari : 1/317)
Di antara bentuk namimah yang paling buruk
adalah hasutan yang dilakukan terhadap seorang lelaki tentang istrinya atau
sebaliknya, dengan maksud untuk merusak hubungan suami istri tersebut. Demikian
juga adu domba yang dilakukan sebagian karyawan kepada teman karyawannya yang
lain. Misalnya dengan mengadukan ucapan-ucapan kawan tersebut kepada direktur
atau atasan dengan maksud untuk menfitnah dan merugikan karyawan tersebut.
Semua hal ini hukumnya haram.
3.MELONGOK (MENGINTIP) RUMAH ORANG TANPA IZIN
Allah Ta’ala
berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya.” (QS.
An-Nur: 27)
Rasulullah
menegaskan, alasan diharuskannya meminta izin adalah karena dikhawatirkan
orang yang masuk akan melihat aurat tuan rumah. Nabi bersabda, “Sesungguhnya
diberlakukannya meminta izin (ketika masuk rumah orang lain) adalah untuk
(menjaga) penglihatan.” (HR.
Bukhari, Fathul Bari : 11/24)
Pada saat ini, dengan berdesakannya bangunan
dan saling berdempetnya gedung-gedung serta saling berhadap-hadapannya antara
pintu dengan pintu dan jendela dengan jendela, menjadikan kemungkinan saling
mengetahui isi rumah tetangga kian besar. Ironisnya, banyak yang tak mau
menundukkan pandangannya, malah yang terjadi terkadang dengan sengaja, mereka
yang tinggal di gedung yang lebih tinggi, dengan leluasa memandangi lewat
jendela mereka ke rumah-rumah tetangganya yang lebih rendah (mengintip). Ini
adalah salah satu pengkhianatan dan pemerkosaan terhadap hak-hak tetangga,
sekaligus sarana menuju yang diharamkan, karena perbuatan tersebut banyak
kemudian menjadi bencana dan fitnah.
Dan
disebabkan oleh bahayanya akibat tindakan ini, sehingga syariat Islam
membolehkan mencongkel mata orang yang suka melongok dan melihat isi rumah
orang lain. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa melongok rumah suatu kaum dengan
tanpa izin mereka, maka halal bagi mereka mencongkel mata orang tersebut.” (HR. Muslim: 3/699)
Dalam
riwayat lain dikatakan, “… kemudian mereka mencongkel matanya, maka
tidak ada diat (ganti rugi) untuknya juga tidak ada qishash baginya.” (HR. Ahmad 2/385, Shahihul Jami’ :
6022)
4.BERBISIK
EMPAT MATA DAN MEMBIARKAN KAWAN KETIGA
Dalam sebuah majlis dan
pergaulan, sikap dan tindakan ini sungguh amat tidak terpuji, bahkan sikap dan
tindakan seperti ini sebenarnya merupakan langkah syaitan untuk memecah belah
umat Islam dan menebarkan kecemburuan, kecurigaan dan kebencian di antara
mereka. Rasulullah menerangkan hukum dan akibat perbuatan ini dalam
sabdanya, “Jika kalian sedang bertiga, maka janganlah
dua orang berbisik tanpa seorang yang lain, sehingga kalian membaur dalam
pergaulan dengan manusia, sebab yang demikian itu akan membuatnya sedih.” (HR. Bukhari,lihat Fathul Bari :
11/83)
Termasuk di dalamnya berbisik dengan tiga
orang dan meninggalkan orang keempat dan demikian seterusnya. Demikian pula,
jika kedua orang tersebut berbicara dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh
orang ketiga.
Tidak diragukan lagi, berbisik hanya berdua
dengan tidak menghiraukan orang ketiga adalah salah satu bentuk penghinaan
kepadanya. Atau memberikan asumsi bahwa keduanya menginginkan suatu kejahatan
terhadap dirinya. Atau mungkin menimbulkan asumsi-asumsi lain yang tidak
menguntungkan bagi kehidupan pergaulan mereka di kemudian hari.
5.DUDUK BERSAMA ORANG-ORANG MUNAFIK ATAU
FASIK UNTUK BERAMAH TAMAH
Banyak
orang lemah iman bergaul dengan sebagian orang fasik dan ahli maksiat, bahkan
mungkin bergaul pula dengan sebagian orang yang menghina syariat Islam,
melecehkan Islam dan para penganutnya.
Tidak
diragukan lagi, perbuatan semacam itu adalah haram dan membuat cacat akidah.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan apabila kamu melihat orang-orang
memperolok-olokkan ayat-ayat kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka
membicarakan pembicaraan yang lain, dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan
larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zhalim itu
sesudah teringat (akan larangan itu).” (QS. Al-An’am : 68)
Dalam kehidupan sehari-hari, yang sering kita
dapati adalah pergaulan antara seorang muslim dengan pemabuk, pezina, penjudi,
atau orang-orang yang dikenal meremehkan agamanya, dengan niatan hanya sekedar
ngobrol, nongkrong tanpa niatan menasehati. Jika hal itu senantiasa
dilestarikan, dikhawatirkan dia akan terpengaruh dengan kawan jeleknya itu.
Atau minimalnya merasa bahwa kesalahan yang dilakukan kawan-kawannya itu
sebagai perbuatan “biasa dan sah-sah saja”. Maka dari itu, untuk meminimalkan
pengaruh buruk dari kawan jelek seperti ini, seharusnya kita memilih lingkungan
yang baik dan Islami, guna menyelamatkan agama kita.
Pembaca yang
budiman, oleh sebab itu jika keadaan mereka sebagaimana yang disebutkan oleh
ayat di muka, betapapun hubungan kekerabatan, keramahan dan manisnya mulut
mereka, kita dilarang duduk bersama mereka, kecuali bagi orang yang ingin
berdakwah kepada mereka, membantah kebatilan atau mengingkari mereka,
maka hal itu dibolehkan. Adapun bila hanya dengan diam, atau malah rela dengan
keadaan mereka maka hukumnya haram. Allah Ta’ala berfirman, “Jika
sekiranya kamu ridha kepada mereka maka sesungguhnya Allah tidak ridha kepada
orang-orang yang fasik.” (QS.
At-Taubah : 96).
Mari kita selalu menyibukkan
dengan kebiakan sehingga tidak ada waktu untuk melakukan dosa. Dan istigfar
semoga menjadi bagian dari dikir keseharian kita agar dosa-dosa yang lalu
diampuni oleh Allah.
0 comments:
Posting Komentar